ANI Worker Union

Jakarta, FSPMI –  Apa itu Kebijakan Industrial yang Berkelanjutan?
Berkelanjutan didefinisikan sebagai memenuhi kebutuhan sekarang, tanpa mengompromikan dengan kemampuan
generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ini menyiratkan sebuah lingkungan yang sehat,ekonomi yang sehat, dan masyarakat yang sehat, membangun di atas fondasi yang kuat dan dipertahankan melalui tata kelola global yang baik. Sebuah kebijakan industrial adalah rencana untuk mendorong pola-pola yang diinginkan dari pengembangan dan pertumbuhan industrial. Ini harus secara strategis menargetkan industri-industri dan sektorsektor spesifik, serta mempertimbangkan kebutuhan yang lebih luas seperti transportasi dan infrastruktur komunikasi, pendidikan dan pelatihan keterampilan, penelitian, dan energi.


Sebuah kebijakan industrial yang berkelanjutan harus menciptakan ekonomi yang sehat dan pekerjaan berkualitas (layak, pekerjaan tetap yang memberikan upah layak) pada saat yang sama meminimalkan dampakdampak lingkungan yang negatif dan memajukan kepentingan-kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
Kebijakan industrial yang berkelanjutan bukan tentang menciptakan perusahaan-perusahaan yang makmur di
atas penderitaan pekerja, masyarakat dan lingkungan. Ini adalah tentang menciptakan kondisi-kondisi di mana
perusahaan dapat beroperasi untuk membuat sebuah kontribusi yang berkelanjutan kepada masyarakat.
Mengapa kita memerlukannya?
Krisis tripel
Arah jalan kita tidak berkelanjutan. Kita sedang menghadapi krisis di tiga sisi: lingkungan, ekonomi dan sosial. Perubahan iklim adalah sebuah ancaman yang riil dan serius. Panel Antarpemerintah pada Perubahan Iklim (IPCC) memperkirakan bahwa untuk mempertahankan rata-rata pemanasan di bawah 2°C di atas tingkat pra-industri (tingkat pemanasan yang akan tetap memiliki akibat yang serius) aksi-aksi yang sangat signifikan harus diambil antara 2015-2018. Jika dunia terlambat hingga 2020, mempertahankan batas 2°C akan memerlukan teknologi-teknologi yang sekarang belum dikembangan, atau belum terbukti. Semakin lama aksi tertunda, semakin besar kemungkinan standar sosial dan hak asasi manusia akan dikorbankan dalam saat-saat kepanikan terakhir untuk menyelamatkan planet ini.
Degradasi dari sistim alami planet kita terus terjadi dengan kecepatan yang tak terkendali. Perusahaan-perusahaan memiliki sedikit solusi yang ditawarkan. Seringnya, kepentingan-kepentingan swasta bahkan mencoba untuk mencegah penemuan dan pengimplementasian solusi. Fokus mereka adalah untuk memaksimalkan keuntungan jangka pendek, dengan kesadaran penuh bahwa ini tidak berkelanjutan.
Dalam upaya untuk menghasilkan keuntungankeuntungan jangka pendek yang begitu besar, mereka dapat mengeruk keuntungan lebih dengan upaya memanipulasi instrumen-instrumen keuangan dibandingkan harus membuat apapun. Pembelian saham oleh swasta menjanjikan pengembalian fenomenal bagi para investor dengan memaksimalkan ekstraksi jangka pendek kas perusahaan dan membebani mereka dengan hutang yang harus dibayar oleh investasi produktif jangka panjang, keamanan kerja dan kondisi kerja.
Krisis ekonomi yang diakibatkan oleh kebijakan yang menyulut spekulasi keuangan tanpa batas serta keuntungan-keuntungan jangka pendek yang harus dibayar dengan investasi produktif di ekonomi riil. Di negara-negara yang paling terkena pengaruh krisis, para pekerja harus membayar hal ini dengan hilangnya pekerjaan yang masif dan peningkatan pengangguran. 
Warga negara harus membayar sebuah harga ketika uang pembayar pajak digunakan untuk membailout (menalangi) bank-bank yang kegiatannya justru mempercepat krisis, dan harus terus dipakai untuk membayari defisit yang diakibatkan oleh bail out (dana talangan) untuk membenarkan langkah pengetatan. Krisis kembar yakni kiris lingkungan dan ekonomi telah menciptakan krisis yang ketiga: krisis sosial. Meningkatkan ketimpangan dalam kekayaan dan pendapatan, mengurangi akses terhadap pendidikan, mendegradasi kesehatan populasi (termasuk kesehatan kerja) dan serangan terhadap perawatan kesehatan, ledakan pekerjaan prekarius, dan menghilangnya kesempatan, khususnya bagi orang muda dan secara tradisional kelompok-kelompok yang kurang beruntung, adalah semua akibat dari kegagalan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan.
Berikut kami sampaikan makalah “Menuju Kebijakan Industrial yang Berkelanjutan” dari IndustriALL Global Union untuk bahan diskusi dan pembelajaran kepada anggota Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia.
Untuk lengkapnya silahkan download Link berikut :
Dikutip dari http://fspmi.or.id

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama